Remaja dan Tugas Perkembangan
Masa remaja merupakan masa "belajar" untuk tumbuh dan berkembang dari anak menjadi dewasa. Masa belajar ini disertai dengan tugas-tugas, yang dalam istilah psikologi dikenal dengan istilah tugas perkembangan. Sama halnya dengan di sekolah, tugas perkembangan ini juga harus diselesaikan oleh seorang remaja dengan baik dan tepat waktu untuk dapat naik ke kelas berikutnya. Istilah tugas perkembangan digunakan untuk menggambarkan harapan masyarakat terhadap suatu individu untuk melaksanakan tugas tertentu pada masa usia tertentu sehingga individu itu dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat. Setiap fase perkembangan, yaitu sejak seorang bayi lahir, tumbuh menjadi dewasa sampai akhirnya mati, mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Misalnya, balita berusia dua tahun diharapkan sudah dapat berbicara dan berkomunikasi secara sederhana dengan orang-orang di sekelilingnya. Hal yang sama juga berlaku bagi remaja. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja tidak sedikit. Menurut Havighurst, tugas-tugas perkembangan seorang remaja adalah sebagai berikut : 1. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Walaupun kedengarannya sederhana dan mudah diucapkan, menerima keadaan fisik diri sendiri sering kali menjadi masalah yang cukup besar bagi remaja. Banyak di antara kita yang sulit menerima kenyataan bahwa kita berkulit gelap atau tidak setinggi dan selangsing teman sebaya. Perasaan tidak puas ini kemudian membuat kita selalu dilanda perasaan minder, sehingga malas bergaul apalagi pergi ke pesta. Perasaan ini menutupi kenyataan, misalnya bahwa kita sebetulnya punya sepasang mata yang indah. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya fokuskan perhatian ke kelebihan kita dan jadikan itu sebagai daya tarik. Selain itu, hilangkan dari pikiran apa yang selama ini selalu ditanamkan oleh lingkungan kita, bahwa cewek harus cantik, putih, tinggi, dan langsing untuk dapat disebut sebagai cewek sejati, sedangkan cowok harus berbadan kekar, berbulu, dan bersuara dalam untuk bisa dikatakan jantan. Karena, kalau kita memang enggak punya gen untuk dapat berpenampilan seperti itu, kita cuma jadi gelisah dan enggak puas diri selamanya, sehingga lupa bahwa kita punya banyak potensi diri. 2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. Usaha untuk mencapai kemandirian emosional bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan emosional, pertentangan pendapat ini sering kali membuat remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila masalah ini tidak terselesaikan, terutama apabila orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung untuk mencari jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan teman-teman sebaya yang senasib. Sebetulnya, curhat dengan teman sebaya tidak ada salahnya, selama teman sebaya itu bisa membantu mendapatkan solusi yang baik. Namun, sering kali karena yang dihadapi adalah remaja seusia yang punya masalah yang kurang lebih sama dan sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa jadi solusi yang ditawarkan kurang bijaksana. Karena itu, kita perlu selalu ingat bahwa untuk melepaskan diri secara emosional dari orangtua pun, bisa dilakukan dengan meminta dukungan orangtua ataupun orang dewasa yang ada di sekitar kita. Tentunya bukan dengan cara meminta mereka untuk memecahkan masalah kita, tapi lebih kepada memahami keinginan kita untuk dipahami sebagai individu yang beranjak dewasa dan tidak ingin terlalu tergantung lagi kepada mereka. 3. Mencapai suatu hubungan dan pergaulan yang lebih matang antara lawan jenis yang sebaya. Sehingga, remaja akan mampu bergaul secara baik dengan kedua jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan. Kemampuan untuk mencapai tugas perkembangan ini juga dipengaruhi oleh banyaknya interaksi yang dialami seorang remaja dengan orang-orang dari kedua jenis kelamin. Tapi, hal ini sama sekali tidak berarti bahwa kalau kita sekolah di sekolah khusus cowok atau khusus cewek, kemampuan kita untuk bergaul secara matang dengan jenis kelamin lain akan terganggu. Karena di sekolah kan juga ada guru, petugas perpustakaan dan kebersihan dari jenis kelamin lain, dan kita juga berinteraksi dengan mereka. Selain itu, pergaulan tidak terbatas di sekolah saja. Ketika kita pulang, di rumah dan di lingkungan sekitar juga terdapat kenalan pria dan wanita. Jadi, temen-temen di SMU Tarakanita, SMU Pangudi Luhur, ataupun sekolah khusus lainnya, enggak perlu khawatir. Kemampuan untuk berinteraksi dengan seimbang itu hanya dapat terganggu apabila kita sendiri yang memang menciptakan batasan untuk bergaul. 4. Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin. Peran sosial yang dimaksud di sini adalah seperti yang diharapkan masyarakat, dan bergeser sesuai dengan peralihan zaman. Apabila pada zaman dahulu secara sosial dianggap baik bila laki-laki mencari nafkah di luar rumah sedangkan perempuan mengurus rumah tangga, dengan timbulnya kesadaran akan kesetaraan jender sekarang ini tidak harus demikian. Sehingga, yang paling penting untuk dipahami adalah sebagai anggota dari satu jenis kelamin, kita jangan sampai kemudian merasa berhak untuk mensubordinasi atau memperlakukan anggota jenis kelamin lain secara buruk atau semena-mena, baik di publik (masyarakat) maupun domestik (rumah tangga). 5. Berperilaku sosial yang bertanggung jawab. Idealnya, seseorang tentu diharapkan untuk berpartisipasi demi kebaikan atau perbaikan di lingkungan sosialnya, namun bila hal itu belum bisa dijalankan, minimal yang harus dilakukan adalah tidak menjadi beban bagi masyarakat atau lingkungan sosialnya. Karena itulah, remaja yang terlibat tawuran sampai menghancurkan fasilitas umum tentu tidak dapat dianggap telah melampaui tugas perkembangan yang satu ini dengan sukses. 6. Mempersiapkan diri untuk memiliki karier atau pekerjaan yang mempunyai konsekuensi ekonomi dan finansial. Setelah melepaskan diri dari ketergantungan emosional dengan orangtua atau orang dewasa lain, tugas yang menanti remaja adalah juga melepaskan diri dari ketergantungan finansial dari mereka. Karena itulah, belajar bekerja juga merupakan hal yang perlu dilakukan oleh remaja, betapapun kecil penghasilan yang diperoleh. Dengan demikian, diharapkan pada saatnya nanti kita bisa siap terjun dan bekerja di masyarakat. 7. Mempersiapkan perkawinan dan membentuk keluarga. Dengan dilaluinya tugas perkembangan yang telah disebutkan tadi yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk bergaul dengan sesama maupun lawan jenis, diharapkan pergaulan ini akan dapat membawa ke langkah selanjutnya yaitu untuk memilih pasangan hidup yang sesuai dan mulai mempersiapkan diri membentuk keluarga. 8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Keberhasilan remaja melaksanakan tugas perkembangan ini ditandai dengan, misalnya, kesuksesannya meredam serta mengendalikan gejolak emosi maupun seksualnya sehingga dapat hidup sesuai dengan norma dan etika yang berlaku. Untuk dapat memperoleh konsep diri yang memegang seperangkat nilai ini, remaja dapat memiliki role model atau seseorang yang dijadikan tokoh idola yang tingkah lakunya kemudian diteladani. Tugas-tugas perkembangan ini harus dicapai sebelum seorang remaja melangkah ke tahapan perkembangan selanjutnya. Apabila remaja tadi gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya secara tepat waktu, maka ia akan sulit untuk memenuhi tugas perkembangan fase selanjutnya. Atau, apabila ia gagal melaksanakan tugas perkembangannya pada waktu yang tepat, maka ia akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya di waktu yang lain, atau melaksanakan tugas perkembangan pada tahapan yang lebih lanjut.
1 komentar:
thanks for share...
Posting Komentar