Senin, 21 April 2008

Perkembangan Kognitif: Piaget

PIAGET
Bahasa mental LoT yang melibatkan interaksi berbagai sikap proposisional tidak hanya disokong oleh bukti-bukti empiris di tingkat pemikiran abstrak. Akses terbatas proses sentral terhadap jenis sikap proposisional tertentu membawa perkembangan sains kognitif ke warisan filsafat Kantian, bahwa kognisi terdiri dari fakultas-fakultas yang terpisah.
Kemampuan kognitif dianggap mempunyai 'domain' yang 'spesifik'. Cara berpikir, struktur pengetahuan, atau mekanisme akuisisi bahasa pada anak-anak, pemrosesan angka, pengenalan wajah, sampai koordinasi spasial dianggap mempunyai mekanisme yang berbeda-beda.
Tentu hal ini bertentangan dengan asumsi sebelumnya, bahwa manusia mempunyai mekanisme umum yang sama ketika sedang berpikir tentang apapun, entah memproses angka, entah mengenali wajah, entah bernavigasi 3D. Seharusnya, kemampuan berpikir dan komponen-komponennya (memori, atensi, inferensi) dikendalikan oleh proses tunggal. Dalam teori perkembangan yang diusulkan Jean Piaget yang ditopang sebuah teori mirip semantik yang disebut epistemologi genetik, perkembangan pikiran seorang anak bisa diwakili oleh satu level kognitif tertentu saja, sesuai umur si anak.
Piaget memulainya dengan 'adaptasi' dalam artian biologis. Kecerdasan dianggap sebuah organ, fungsional (mempunyai fungsi tertentu seperti sayap burung untuk terbang) dan struktural (mempunyai struktur tertentu seperti sayap burung yang terdiri dari tulang dan bulu-bulu). Tapi untuk organ kecerdasan, kesinambungan fungsional diiringi oleh ketidaksinambungan struktural. Artinya, kesinambungan fungsional adalah brojolan dan pertumbuhan pengetahuan yang diperoleh secara evolusioner, tanpa terputus. Di sisi lain, strukturnya tidak sinambung, diskontinu, karena pengetahuan selalu berubah-ubah bentuk sesuai dengan pertumbuhan spesies (Homo sapiens, tentunya), perkembangan budaya yang mengitarinya, dan perubahan individual itu sendiri.
Fungsi ini akhirnya berwujud mekanisme bagaimana pengetahuan rasional bisa berkembang, dari pengenalan objek-objek nyata hingga mencapai tahap pemahaman saintifik seperti fisika atau kimia. Untuk itu, Piaget menyediakan dua keadaan mental: konservasi yang mempertahankan pengetahuan di level perkembangan tertentu tapi tidak memberi jalan bagi munculnya hal baru; dan kebaruan (novelty) yang memunculkan hal-hal baru akibat keberadaan interkoneksi antara semua pengetahuan yang ada.
Kebaruan tiba-tiba saja muncul, membrojol. 'Ciluk baaaa...!', misalnya, tidak lagi akan membuat bayi terkekeh-kekeh begitu level perkembangannya memungkinkan dia untuk berpikir bahwa yang tidak kelihatan belum tentu menghilang. Sedikit lebih dewasa, begitu seorang anak mengenal konsep angka, cara pandang si anak terhadap dunianya akan berubah, semua bisa dilihat sebagai angka, dan si anak jadi kecanduan menghitung.
Tapi bagaimana jika ternyata konsep angka ini mempunyai mekanisme perkembangan khusus, mendiami domain yang spesifik, mempunyai 'organ menghitung' tertentu? Psikologi perkembangan menghasilkan banyak temuan yang kesimpulannya berlawanan. []

1 komentar:

dji_ehng mengatakan...

bagus....ulasannya relevan.....!!!!!